Jumat, 11 Desember 2009
dengarkan aku!
maka jangan berhenti!
ketika kubilang jangan menyerah
maka jangan sekalipun menyerah!
dengarlah...
aku hatimu, yang memberi perintah!
maka turuti aku sekarang juga
karena kali ini,
otakmu sedang tak bisa kau ajak bicara
jam 10 lebih delapan malam
9 desember 2009
ada jurang dimana mana
dikiri jurang
didepan jurang
dibelakang jurang
lalu dimana aku?
karena dibawahku pun jurang
diatasku?
aku tak tau ada apa disana
mungkin sekarang aku didalam jurang
dimana aku?
melayang disudut bumi
tertahan dibalik mega-mega
keluarkan aku!
atau aku harus keluar sendiri?
jam 10 lebih dua belas malam
9 desember 2009
didalam embun
tenang,
membuatku bernafas lebih lega
karena ruang itu hanya untukku
tertahan didalam embun
dingin,
membantuku meresapi hampa hatiku
merasa betul betul sepi di tengah bising suara jangkrik
membuat malam terasa semakin gelap, pekat dan panjang
tertahan didalam embun
bergulir,
lantas membawaku melintasi kota-kota seakan dari balik kaca bening
diatas daun keladi
tertahan didalam embun
membuatku semakin terperangkap
di antara batas khayalan didalam sini dan kenyataan diluar sana
dan kini
aku masih terperangkap didalamnya
mencari dan merasakan alam nyata dari sini
dan ternyata..
tak kan mungkin..
setengah 11 malam kurang 8 menit
9 desember 2009
wajah wajahku
wajah wajah dalam cermin kosong
wajah wajah yang bertempur dengan usia
bertempur dengan keadaan, bertempur dengan kenyataan
bertempur dengan hidup
kutatap wajah itu
wajah wajah dalam cermin buram
wajah wajah yang terlihat suram
terlihat nelangsa, terlihat menderita
rapuh
kutatap wajah itu
wajah wajah dalam cermin yang kuusap perlahan
wajah wajah tanpa ekspresi,
tanpa kehangatan, tanpa bulan sabit yang merekah
tak terbaca satu ceria disana
kutatap wajah itu
wajah wajah dalam cermin yang kubersihkan sendiri
berpadu membentuk satu wajah yang sangat kukenal
itu
wajahku
setengah 11 lewat 1 menit malam
9 desember 2009
nyatanya bahagia
apakah bapak jual penghapusnya?"
"kenapa ingin dihapus?"
bapak itu bertanya
"aku ingin melukis bahagia diatasnya"
jawabku segera
"kalau begitu, tak usahlah kau hapus
lukis saja diatasnya"
dan bapak itu memberiku kuas dan cat minyak aneka warna
"bisa kah?"
dahiku berkerut, bingung
"tentu saja bisa !"
di wajah bapak itu terbit matahari pagi
kerutan tiga tantang masih melekat di dahiku
bingung
matahari pagi semakin merekah diwajahnya
" kau tak kan bisa melukis bahagia jika tak diatas kenyataan"
masih berkerut
semakin bingung
bapak itu mendekat padaku
mataku bertemu matanya
" bukankah bahagia bagian dari kenyataan?"
dan matahari yang sama pun terbit diwajahku pagi itu..
jam 11 malam kurang 12 menit
9 desember 2009
rindu
cahaya terang diujung sana
membawaku ke tujuan akhir hidupku
kan terus kuikuti
cahaya terang diujung sana
sambil tersenyum
meski harus menutup mata
kan terus kuikuti
cahaya terang diujung sana
semoga Kau berkenan menungguku disana
Tuhanku, Kekasihku
Yaa Rabbana..
sudikah Engkau bertemu denganku?
jam 11 malam lewat 4 menit
9 desember 2009
Mari berbagilah denganku
hampir tak mampu rasanya aku meraba jenak-jenak hatimu...
apa yang membuat hatimu gundah kawanku?
Katakanlah padaku agar ringan penat yang kau rasa..
Apa yang membuatmu gundah kawanku?
Kenapa tak sepatah kata pun mengalir...
Beratkah beban yang kau pikul?
Hingga bersuara pun kau tak kuasa
Lelahkah hatimu kawanku?
Hingga memberi tanda lewat wajahmu pun kau tak sanggup
Berbagilah denganku wahai kawanku
Mungkin bisa kubawa pula beban beratmu itu
Berbagilah denganku wahai kawanku
Mungkin bisa ku obati lelah hatimu
Mari..
Berbagilah denganku
Untuk sahabatku yg sedang gundah
Samarinda/my room / nagamochi /jam 3 kurang sepuluh wita
apa yang sebenarnya kucari?
Apa sebenarnya yang kucari dalam hidup?
Aku tak mau tau
Aku tak tau
Aku mau tau tapi betul-betul tak tau
Kali ini kupikirkan dengan sungguh
Atau Mati?
Atau justru hidup itu sendiri ?
Sungguh...
Aku masih tak tau...
Wahai hatiku
Sudikah kau beri tau aku?
untuk apa?
ingin kutanya, kenapa kau bohongi aku?
tapi untuk apa?
ingin kutanya, kenapa kau khianati aku?
tapi untuk apa?
ingin kutanya, kenapa kau bertingkah seolah-olah itu nyata padahal tidak?
tapi untuk apa?
ingin kutanya, kenapa kau tega lakukan itu?
tapi untuk apa?
tapi untuk apa?
kutanya hatiku sendiri
untuk apa?
untuk apa?
mata tua itu
mengenang buah hatinya
harapan tinggal harapan
cita-cita hilang sebatas lalu
wajah indah terbayang...semu
terhampar seakan nyata didepan wajah
tapi lekas menghilang bak kepulan asap
dimana bahagia berada?
dari mana datangnya?
kenapa justru duka yang datang?
mata tua sekejap berontak
tapi kemudian tertunduk
mata tua terisak lepas
luluh tak berdaya
kehilangan harapan
kehilangan cita-cita
mata tua tergugu layu
sudah itu diam
catatan : untuk semua korban situ gintung....bertahanlah..tetap semangat !
lagi-lagi cinta
cinta..
ce ..i..en..te..a
CINTA..
sanggup lakukan apapun
bikin bolong batu kali
bikin perunggu jadi emas
bikin batu gunung jadi berlian
CINTA..
sanggup lakukan apapun
bikin laut tenang jadi tsunami
bikin gunung adem muntah lahar
bikin sungai damai jadi meluap
CINTA...CINTA...
sanggup lakukan apapun..
waktuku
sedang yang dikejar tak tau - tau
waktu berlari-lari memperingatkanku
sedang yang diperingatkan tak mau tau
karena Dia = Allah
Allah selalu menepati janji
Manusia bisa pergi, tapi Allah tidak!
Allah selalu ada buat kita
Sayang manusia bisa habis!
Tapi sayang Allh tak pernah abis
Sayang Allah selalu ada ,
Allah selalu hadir buat kita dan
Allah selalu menepati janji
dalam kondisi apapun...tanpa batas waktu...
dahulu, sekarang dan nanti
aku pernah merasa melangkah tanpaMu
walau ternyata Kau selalu ada disampingku
aku pernah merasa pergi perlahan dari Mu
walau ternyata Kau tak pernah beranjak pergi dariku
aku pernah merasa kehilanganMu
walau ternyata Kau tak pernah menghilang dari sisiku
sekarang....
aku tak mau lagi melangkah tanpaMu
karena aku ingin melangkah denganMu
aku tak mau lagi pergi perlahan dariMu
karena aku ingin menjelajah dunia bersamaMu
aku tak mau lagi kehilanganMu
karena aku ingin selalu bersamaMu
nanti....
aku tak mau lagi melangkah tanpaMu, pergi perlahan dariMu lantas kehilanganMu...
tak mau..tak mau lagi...
segenggam kata
kata-kata yang dulu hanya ada dikepalaku dan sekarang ingin keluar...
aku ingin katakan padamu segenggam kata..
kata-kata yang dulu hanya bersemayam di hatiku dan kini ingin menjelma lewat mulutku atau diatas kertas...
"sungguh aku tak pandai matematika tapi aku ingin belajar... , tunjukkan padaku caranya? "
segenggam kata...
kini sudah keluar dan kutunggu jawabmu..
ditulis, senin, 19 mei 2008
jatuh cinta pada sepi
jatuh cinta sampai benci pada ramai ?
atau...
pernahkan kau terpaksa jatuh cinta pada sepi lalu kemudian benar-benar mencintainya...?
jatuh cinta pada sepi yang membuat dirimu slalu sadar bahwa nanti kita pun akan sendiri...
sadar bahwa tak mungkin orang lain akan terus membersamai kita..
jatuh cinta pada sepi yang memaksa kita merenung..
berpikir tentang siapa kita, kenapa kita disini dan kemana nanti kita melangkah...
Pertanyaan kakek tua untukku
Seorang kakek tua bertanya padaku pada suatu ketika..
”Apa yang ada dikepalamu jika nama negerimu disebut?”
Lalu aku menjawab..
”Berantakan”
”Banyak yang tak merata, banyak yang timpang, banyak yang tak sesuai”
Kakek tua itu bertanya lagi..
”Apa yang perlahan hilang dari negerimu?”
Kujawab..
”Kebersamaan”
” Menolong tanpa pamrih, berjalan beriringan tanpa prasangka aku siapa dan mau apa , dan kau siapa dan mau apa”
Dan kakek tua itu masih bertanya lagi
”Apa yang masih ada dari negerimu?”
Tak sabar kujawab....
”Harapan”
”Keinginan untuk bertahan dari badai, keinginan untuk maju, keinginan untuk bebas merdeka sebenar-benarnya”
Sang kakek masih terus bertanya
”Apa yang disediakan negerimu untukmu?”
Terkaget aku, lalu kujawab
”Banyak hal”
”Negeriku menyediakan lahan untuk kuolah, negeriku menyediakan orang-orang untuk berusaha bersamaku, negeriku menyediakan air, tanah, udara, pangan, sandang, papan, laut, sungai, danau, hutan, gunung, bukit, pantai, minyak, gas, batu bara, emas, perak, perunggu, tembaga, kuningan, timah, dan entah apa lagi..., negeriku menyediakan dari langit hingga dasar bumi seluas sabang sampai merauke..”
Kakek tua tersenyum, dan bertanya lagi
”Apa yang kau lakukan untuk negerimu?”
Tertegunku lama...baru kujawab
”Belum ada”
”Aku hanya mengeluh tanpa melakukan apapun, aku hanya merutuki nasib dan menyalahkan orang lain tanpa mau berusaha, aku hanya berani mengkritik dan terlalu takut untuk bertindak...”
Kakek tua mengusap kepalaku, lalu bertanya dengan lembut..
”Apa yang kau lakukan sekarang?”
Mataku menatap matanya..bibirku mengucap sepatah kata..
”Bergerak”
”Mengolah setiap masalah jadi jawaban, mengelola jawaban untuk pacuan melangkah, berjalan selangkah untuk berlari kemudian...”
Kakek tua berhenti bertanya..
Lalu pergi entah kemana
Sedang aku..
Mulai mengolah masalah jadi jawaban, mengelola jawaban untuk pacuan melangkah, dan berjalan selangkah untuk berlari kemudian..
Senin, 18 agustus 2008,malang, jam setengah dua belas kurang lima malam waktu jam kamarku...
Wajah Indonesiaku
Indonesiaku dulu muram, sedih, nelangsa…
Tidak! Pikiranku melihat....
Indonesiaku dulu kuat, tegar, hebat !
Seperti apa wajah indonesiaku kini?
Indonesiaku kini muram, sedih, nelangsa
Tidak! Mataku melihat.....
Indonesiaku masih kuat, tegar, hebat!
Seperti apa wajah indonesiaku esok?
Indonesiaku esok muram, sedih, nelangsa
Tidak! Hatiku melihat....
Indonesiaku esok akan kuat, tegar, hebat!
Senin, 18 agustus 2008, malang, jam setengah dua belas lewat delapan malam waktu jam kamarku,
Episode Empat Zaman di Negeriku
Lama sekali
Seakan tak pernah inginku kehilangan
Perlahan kubuka mataku
Hmm..cukup pas tempat ini
Untuk melihat opera kehidupan manusia-manusia di negeriku
Kualihkan pandanganku kini kebelakang
Hey....! apa itu?
Darah...senapan...samurai...mesiu..meriam..!
Lo...!
Darah...Bambu runcing...golok...rencong....keris...!
Nafasku menderu turun naik
Dadaku bagai diguncang semangat membara
Tanganku mengepal kuat
Mataku nanar memancar kebencian
Orang asing biadab...rakus..jahat..kejam!!
Aku ingin melangkah tapi tak mampu
Aku tak mampu!
Ah!! Jauhkan itu dariku! jauhkan!
Mataku terpejam
Kedua tanganku memeluk erat telingaku sendiri
Setelah itu hening...sepi..senyap..
”Indonesia..tanah airku.....tanah tumpah darahku...hiduplah negeriku..hiduplah tanahku..bangsaku, rakyatku, semuanya...” *
Perlahan tapi pasti terdengar suara itu..
Aku tau lagu itu..
Aduh!telingaku pekak..
Semua orang teriak ”merdeka”!
Tak henti-henti..
Lalu..
Pria tampan naik tahta, pria bersahaja mendampingi
Senyum merekah dibibirku
Hatiku bangga berkata..
”indonesia sudah merdeka! Kini kami belajar berdiri di kaki kami sendiri!
Kami miskin tapi punya harga diri!
Pantang mengemis walau dapur tak lagi mengepul
Tak rela merangkak dibawah kaki asing
Benci menjilat hanya demi secuil emas
Ya! Kami miskin..tapi punya harga diri!”
Dadaku membusung
Bangga luar biasa
Bulan sabit wajahku seakan enggan berhenti merekah
“kami miskin tapi punya harga diri!”
Mataku terus mengawasi sekitarnya
Lalu diam pada satu peristiwa
Bau anyir darah menusuk hidung
Bercampur bau busuk bangkai yang bahkan sudah tak utuh lagi
Darah..kepingan tubuh..kepala..sobekan kitab suci..
Langit cerah berubah merah..
Berhari-hari tanpa tau kapan berakhir
Sabit..arit..sabit..arit..!
Gigiku gemeretak menahan marah
Tujuh jendral jadi tumbal
Ajudan, prajurit, sipil jadi korban
Saudara sendiri dikhianati
Ditikam dari belakang
Topeng-topeng munafik haus tahta berseliweran
Budak-budak nafsu menari-nari
Nodai tanahku tanpa rasa bersalah
Butiran kristal bening jatuh diwajahku
Jauhkan masa itu dari hadapanku! Jauhkan!
Aku tertunduk lemas
Benci, duka bercampur bagai adunan roti bantat
Lalu...
Sebentar! Tunggu dulu!
Bau ini pernah kucium sebelumnya..
Seperti...
Aku ingat! Ya..! aku ingat!
Ini aroma kemakmuran
Aroma ketengangan
Aroma kebahagiaan
Tapi..tunggu dulu..
Ada yang berbeda..
Sedikit palsu..ya..palsu..
Tapi lumayan..daripada kemarin..
Hmm..
Mataku heran menatap sosok didepanku..
Gagah!
Alisku bertautan ditengah wajah lonjongku
Memori otakku berputar-putar
Mencocokkan nama-nama dan wajah-wajah
Aha!
Aku tau wajah itu!
Wah! Kejutan!
Pria gagah itu naik tahta
Tidak tanggung-tanggung
Kursi pria tampan diberikan padanya
32 tahun, Kami hirup ketenangan, kebahagiaan
32 tahun, Kami tatap indahnya kebersamaan, kedamaian
32 tahun, kami rasa nyamannya kemakmuran, kekayaan
Kembali bulan sabit merekah diwajahku
Kali ini lengkap dengan lesung pipitnya
Saking bahagianya, bisa saja kubawa terbang diriku ini...
Ya ..terbang!
Buk!!
Aduh!
Kepalaku pening..
Burung-burung kecil berputar-putar disekitar kepalaku
Perlahan kubuka mataku..
Astaga!
Ada apa ini?
Kenapa banyak orang berlarian?
Kenapa ada polisi? Ada perang kah?
Tapi kita melawan siapa? Mana musuhnya?
Radar di kepalaku tidak menangkap ada orang asing..
Tapi sebentar! Ada! Ada! Tapi hanya baunya...
Mana orangnya?
Huh! Pengecut yang licik..
Eh bukan..
Si licik yang pengecut..
Ada asap hitam mengepul hebat persis didepanku..
Suara tembakan senapan tak henti berkoor..
Laksana paduan suara yang tak pernah latihan
Ada darah...ada tangisan...ada pekik “saatnya revolusi..!”
Ada teriakan...”ayo reformasi!”
Aku masih saja bingung
Kenapa banyak air mata?
Padahal kemarin masih ada tawa
Kenapa sekarang perang?
Padahal kemarin masih ada damai..
Lalu kenapa mahasiswa itu pindah kampus?
Setahuku MPR bukan laboratorium mereka
Kenapa banyak orang merangkak mencari nasi?
Setahuku kemarin kita sudah mandiri
Ada apa ini?
Indra penglihatanku membulat tak percaya
O...ternyata kepalsuan telah terungkap!
Hanya empat windu mampu bertahan
Banyak orang mulai angkat suara
Tak tahu yang mana malaikat yang mana setan!
Katanya demi rakyat!
Katanya demi negeri ini!
Benarkah? Entahlah..
Yang jelas..
Strategi berbau busuk mulai dijalankan
Terdengar jelas tawa licik yang menggema disetiap sudut negeri ini
Dilapisi tangisan buaya badut-badut serakah
Peran-peran baru akan dimainkan
Mata –mata licik, sinis, rakus sembunyi dibalik topeng-topeng pahlawan
Hati hati kerdil tersimpan rapi dibalik jas baru
Tikus-tikus mulai membuat sarang disini
Mereka berebut keju yang ditawarkan raksasa hitam bermata satu
Tentu tak lupa menimbun susu lokal yang sudah ditinggal pemiliknya atau merampas dengan lembut sambil menyebar penyakit
Bukan cuma tikus
Disini juga ada kera-kera serakah
Manusia belut
Ular kepala seribu juga ada
Karena mereka negeriku jadi aneh
Orang baik disia-siakan
Orang cerdas malah dibuang
Orang jujur dipenjara
Malaikat diteror dan difitnah
Si pendusta malah dipuja-puja
Heran!
Disini banyak topeng bertahta berlian
Padahal didalamnya tak lebih dari batu kali
Disini banyak orang mengaku pahlawan
Padahal otaknya sibuk merangkai rencana jahat
Surga, neraka sulit dibedakan
Yang nyata-nyata salah didepan mata
Dalam sekejap bisa jadi benar
Yang nyata-nyata benar
Dalam hitungan detik bisa jadi salah
mata mata banyak yang buta
tertutup keserakahan akan rupiah
telinga telinga banyak yang tuli
tertutup kehausan akan tahta
rasanya kepalaku
takut untuk menghadap kedepan
seandainya semua bisa diubah
diubah waktu hari ini dengan corak berabad-abad silam
seperti masa dua umar jadi khalifah
adakah mutiara yang masih tersisa disini?
Cukupkah jumlahnya untuk menghiasi tanah ini?
Tak ada salahnya menanam harapan
Karena Tuhan pasti mendengar
Karena Tuhan pasti masih sayang
Semoga gelap yang ada masih bisa jadi terang ,
bersinar...
Semoga terang yang ada masih terus bertambah terang sehingga gelap tak sanggup datang lagi
Semoga hitam yang ada masih bisa jadi putih,
bersih...
Semoga putih yang ada makin meluas putihnya sehingga hitam tak mampu kembali lagi..
Semoga saja...Semoga saja...
1 maret 2004, samarinda, jam satu kurang lima pagi waktu kamar nenek,
* yg dicetak miring adalah potongan lagu indonesia raya
suntuk..sumpek..kesel...sangkal..ngganjel..pintu..eh
suntuk....
aku lagi suntuk.....
sumpek...
sumpah..sumpek bgt....
kesel...
saking keselnya susah diajak mikir logika....
sangkal...
duhai...sangkalnya......
ngganjel....
susah bgt dikeluarin....
bete....
gila beeeteeee bgt..neh....
butek....
waduh!!! butek bgt dah....!
duhai Alloh.....yang Maha pengasih..Maha penyayang...
yang tak pilih kasih..tak pandang sayang.....
bantuin dong...ngeluarin semua rasa yg ngga enak ini.....
tolongin ya Alloh...please.....
aminnn...Allohumma...amin...
*sambil narik...keluarin....narik...keluarin lagi....nafas yg bikin sesek ini..*
aku dan salah seorang kawanku
sungguh....
kukatakan padamu wahai kawanku...
aku sungguh tak tau
jika selama ini ada hal yang terganjal di hatimu...
sungguh....
kukatakan padamu kawan...
aku sungguh tak tau
jika ganjalan itu adalah aku....
sungguh...
kukatakan padamu kawan...
aku sungguh tak tau...
jika laku-ku selama ini
membuat kau benci..tak nyaman...kesal....jengkel..meradang...
dengan kata-kataku...
dengan polah tingkahku
bahkan dengan keberadaanku...
sungguh
kukatakan padamu kawan...
aku tak tau
benar-benar tak tau....
kawanku...
selama ini kau kuanggap kawan...
bahkan kuanggap saudara.....
pernah beberapa kali
kutanyakan padamu....
ada yang salah denganku?
apa aku menyakitimu?
waktu itu kau jawab...
"tidak mba...
sama sekali tidak...."
lain waktu..
ketika kutanya..
kau cuma diam
sambil menggeleng perlahan dan menundukkan wajah....
atau hanya diam saja..
tak ada koment sedikit pun...
kawanku....
maapkan aku yg kurang peka
meraba jenak-jenak hatimu....
maapkan aku yg tak mampu..
menerka setiap sisi lakumu.....
maapkan....
kawanku..
kumohon padamu....
jika kusakiti lagi hatimu....
tolong sampaikan padaku....
biar aku tau
kalau kau terluka....sehingga bisa kubalut lukamu....
sampaikan padaku kawanku..
biar aku tau....
cobalah lihat
lihatlah gambar monalisa, dia tersenyum…
tapi apakah dengan tersenyum dia bahagia?
apa dia terlihat bahagia?
apa dia bahagia?
lihatlah ibu yang menangis…dia tersenyum sambil menangis
apakah dia bahagia?
atau bersedih?
atau bahagia sambil bersedih?
Emang bisa?
lihatlah anak itu…dia cemberut…
apa dia sedih?
atau marah?
lihatlah lelaki itu…wajahnya merah…
apa dia marah?
atau kelelahan?
lihat juga wanita itu…dia tertawa…
tapi apakah dengan tertawa dia bahagia?
apa dia terlihat bahagia?
apa dia bahagia?
lalu apa masalahnya…?
tak semua hal sesuai dengan apa yang terlihat…
Yahh..yang kita lihat..ngga seperti yang kita lihat…